Kamis, Desember 30, 2010

Belum Selesai

Batu-batu kerikil sekali-kali menghalangi langkah Panjul, Matahari belumlah tinggi, sejuk pagi ini membawa semangat untuk setiap penghuni bumi, melalui jalanan sepi dipagari semak belukar di antaranya, agak becek karena semalam langit menangis, menghantarkan kedamaian pada jiwa-jiwa yang beranjak terlelap, kicau burung menjadi lagu pengiring perjalanan ini,

Sampai di sebuah penjuru terhalang semak yang bergoyang mencurigakan, Panjul hanya lewat tak mendekat, hanya yang sedang kawin,

Kembali merenungi jalan yang masih jauh dari ujungnya, picik sekali orang-orang itu mencuri-curi kebebasan, hendak kemanakah mereka ketika semua tiba di penghujungnya?

Berpapasan dengan bau alkohol yang menyebar mengalahkan udara sekitar, dengan tatapan lemah pria tersungkur lemas di bawah pohon beringin, sisa-sisa tadi malam masih melekat di tubuhnya tapi tidak di ingatannya, meracau berselingan dengan kicau di atasnya,

Menghalangi aroma alkohol masuk ke hidung, Panjul sedikit berlari,

Menenteng sepatu hak tinggi, dengan pakaian minim dan rokok di bibir, berjalan gontai karena semalam, riasan sudah agak pudar menyingkap wajah yang bertopengkan alasan uang, tak berani untuk menatap dunia,

Kening Panjul sedikit berkeringat, wanita tadi hanya berlalu,

Langit cerah tak nampak pada wajah orang-orang yang terpinggirkan, yang Panjul inginkan sekarang adalah tiba di sekolah.