Jumat, Juli 18, 2008

Suara Hati

Ketika itu siang hari di sekitar trotoar suatu jalan raya terjadi pembersihan PKL...
Berpuluh-puluh orang menyaksikan....
Kini giliran pembongkaran suatu warung makan....
Tak ada perlawanan atau pun jeritan, semua hening menyaksikan....

Si ibu pemilik warung dengan wajah pucat, geram dan lelah, berdiri tak berdaya memandang mata pencaharian satu-satunya yang hilang. Dalam hati ia mengadu, Ya Allah, jika warung hamba digusur lalu hamba bisa makan dari mana?.

Di atas atap, menurunkan beberapa seng penutup atap sementara rekannya membongkar dinding warung yang terbuat dari papan kayu. Dengan wajah bepeluh anggota Satpol PP berbicara dalam hatinya, Ya Allah, maafkan hamba-Mu, hamba hanya menjalankan perintah.

Dari jarak yang tak jauh, memperhatikan penyelesaian pembongkaran dan masih terbayang-bayang bagaimana wajah si ibu pemilik warung yang ketakutan meminta agar warungnya tidak dibongkar paksa. Kepala Satpol PP berkata di benaknya, Ya Allah, hamba melakukan ini bukan karena hamba kejam tapi ini aturan yang berlaku.

Berdiri di seberang jalan, masih terlalu pagi untuk masuk kuliah, pikirnya. Mahasiswa yang saat itu sedang di sana, Ya Allah, betapa kejamnya pemerintahan ini, ucapnya dalam hati.


Berdiri di antara kerumunan orang, setelah datang terburu-buru untuk berunding yang akhirnya berujung kegagalan. Ketua Persatuan PKL menundukkan wajah, Ya Allah, kami hanya mencari makan.

Pulang dari berbelanja di supermarket, orang kaya yang kebetulan melihat terukir sedikit senyum di bibirnya, Ya Allah, sudah sepantasnya pembongkaran ini dilakukan, memang para PKL ini begitu menganggu ketertiban.

Dari jauh, bersandar di pohon dan menyemburkan asap rokok. Preman penguasa lokasi itu berpikir, Ya Allah, kalau begini penghasilan hamba berkurang.

Di ruas jalan seberang sambil berjalan dengan pelan, Pejabat yang lewat dengan mobil mewah pura-pura tak melihat, Ya Allah, bukannya hamba menindas rakyat miskin, tapi jika tak begini hamba tak punya pekerjaan lain.

Terburu-buru, menklakson kerumunan orang agar menhindar dari jalan. Anggota DPR yang kebetulan lewat jalan pasar karena jalan protokol sedang macet, melihat dengan tegang, Ya Allah, bukannya hamba tidak mau membantu orang-orang itu, tapi hamba sedang sibuk, lagipula ada keluarga hamba yang butuh makan, belum lagi anak hamba yang paling besar ingin dibelikan sebuah mobil, yang kedua ingin dibelikan motor, yang ketiga ingin liburan ke Bali, sedangkan istri hamba harus setiap bulan beli perhiasan baru, dan hamba pun harus memberikan 'setoran' pada wanita simpanan hamba.

Tidak ada komentar: