Kamis, November 18, 2010

Inspiration

Pada suatu hari Rangga alias Panjul sedang dirundung masalah, keinginan dia untuk dibelikan motor tidak dituruti oleh ayah terutama ibunya.
"untuk apa beli motor, sudah jalan kaki saja." bentak ibu Panjul

ketika sedang berjalan menuju sekolah untuk menimba ilmu, Panjul bergumam:
Apa aku harus berlari ke hutan dan bernyanyi disana?
seperti orang gila, pikir Panjul.

Apa ku berlari saja ke pantai dan teriak-teriak disana?
aku terlalu malu untuk melakukan itu, pikir Panjul kembali. 


Panjul tiba di sebuah jalan yang jarang dilalui orang.
Sepi, sepi dan sendiri..

lalu entah dari mana tiba-tiba ada seekor banci menghampiri Panjul. Tanpa aba-aba Panjul pun berlari tunggang-langgang.
Aku benciiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii.............

sambil berlari Panjul berkata dalam hati:
Aku ingin bingar.

sampailah Panjul di jalan besar. Menghampiri sebuah mobil angkot yang sedang ngetem.
Aku mau di pasar, kata Panjul pelan pada sopir angkot.

Sopir angkot sedikit heran, "mau ke pasar, kali?" Panjul pun mengangguk. Sopir angkot memasang earphone MP3 Playernya dan mendengarkan lagu dangdut dengan volume tinggi sampai terdengar oleh Panjul yang
dengan lunglay karena ke-cape-an memasuki mobil angkot. Sementara matahari telah tinggi.
Bosan aku dengan penat, keluh Panjul.

di dalam angkot ternyata telah ada seorang penumpang, seorang bapak perokok berat. Seluruh ruangan dalam mobil angkot dipenuhi asap rokok.
Dan enyah saja kau pekat, Panjul menggerutu.

tak lama si bapak keluar, ternyata si bapak hanya umpan untuk menarik penumpang saja. Panjul pun sendiri di dalam mobil angkot. Sambil menggaruk lengannya yang panu-an, Panjul membatin:
Seperti berjelaga
Jika ku sendiri

kesal karena mobil angkot tak segera bergerak, Panjul keluar lalu menuju warung kopi di dekat situ. Setelah duduk, Panjul mendengar keluhan pemilik warung pada temannya tentang warungnya yang sepi pembeli.
Pecahkan saja gelasnya
Biar ramai, pikir Panjul

Panjul melirik sopir angkot yang sedari tadi sibuk dengan MP3 Playernya, "atau lempar saja gelasnya ke sopir angkot itu..." kata Panjul dengan kesal.
Biar mengaduh sampai gaduh

pandangan Panjul sekarang terpaku pada tato di lengan seorang preman yang sedang ngopi di warung itu. Panjul mencoba memahami gambar tato itu.
Ah... ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang di tembok keraton putih

tiba-tiba ada yang berteriak "EEEEESSSS!......EEEESSSSS!.....". Panjul mengernyitkan dahi, ada tukang es cendol berteriak-teriak padahal di gerobaknya terpasang lonceng.
Kenapa tak goyangkan saja loncengnya?
biar para pembeli terdera

Panjul melirik jam dinding yang ada di warung itu, "jam tujuh lewat lima belas menit, sudah telat untuk masuk sekolah" gumam Panjul.
Atau aku harus lari ke hutan
Belok ke pantai?

Akhirnya Panjul tak jadi pergi ke sekolah, dia lebih tertarik memperhatikan kehidupan di sebuah terminal bayangan.

Tidak ada komentar: